drupadi, a film by riri riza

drupadi,  a film by riri riza

Sabtu, 03 September 2011

SEPOTONG KENANGAN SENJA, DARI SAGA




( suatu kala nanti dalam senja, mungkin nanti tak begini )
                Semburat kuning senja sore ini tak berjingga, namun merah saga. Tak bercahaya redup bagai dupa. Seolah senja seakan tak punya makna, senja hanya punya makna bagi ku dan bagimu saga. Di atas jembatan kayu, waktu kita dulu bersahaja bersama, berbagi ceria, asap rokok dan botol beer bersama.
Pernahkah kau melihat senja lebih sendu saga ? kali ini aku melihatnya, walau warnanya tetap berkilat merah saga. Tak pernah senja mengganti warna, selalu kuning di coklatnya bercampur jingga lalu merekah merah saga. dan senja kali ini setia bersama ku saga, mereka bernyanyi nyayian tuhan. Sendu namun semerbak hingga pucuk hati. Tak sedikitpun nampak seronoknya kini, karena nyanyian itu masuk menyelungkup kedalam hati yang terdalam yang tak kan pernah tampak dalamnya.
Ingatkah kau saga ? dominan cerita apa jika kita bersama, senja dan senja. Mereka selalu mewarnai cerita kita dan jika tak ku lupa, kau begitu romantisnya bercerita senja, seolah ekspresimu laykanya seorang pujangga yang membaca secarik sajak di depan kasihnya. Kau yang di gebu-gebu cinta dan rindu, kau yang liar seperti aladin dan jasmine yang membawa cinta di atas karpet terbangnya. Setelah itu, ketika bercerita tentang senja selalu ada fantasi baru dari sepanjang penglihatan baru yang tak pernah ku tahu. Sepanjang itulah, ada banyak cerita baru saga  dan darimulah aku brgitu tahu banyak tentang senja dan senja-mu. Bukankah aku pendengar yang baik? tak pernah menyela ketika kau begitu riang dan semangat bercerita senja dan senja-mu, begitulah kira-kira.
                “ ras, kalau nanti ketika aku telah berumur 17 tahun aku ingin mempraktekan ciuman ini, yang sudah ku pelajari ke pada senja dan aku ingin itu terjadi disaat senja merah saga, saat matahari mengeluarkan pendar-pendar aura magisnya“ kala itu kita masih duduk  dikelas 1 SMA. Aku ingat betul kau yang dengan polosnya berkata, sementara aku terkekeh pelan karena ucapanmu seolah hidup menjatuhkan sebuah hukum ke pada seorang lelaki untuk mencium gadis-nya di saat umurnya harus sudah mencapai 17 tahun. Aku sampai hapal betul gayamu saga, kau selalu berlatih dan tak pernah absennya-adegan tersebut dengan sebutir tomat! lalu dengan khidmatnya kau benar-benar membayangkan sebuah tomat itu adalah bibir senja. Coba bayangkan! Setelah kau tempelakan bibirmu di buah tomat itu tak ada niatmu setelah itu untuk melepasnya. Hampir ku pikir kau gila karena didera cinta sedemikian rupa, kau gila tapi disana ada bentuk lain yang ku lihat saga hal lain yang tak pernah ku temui selama ini. sebuah tekad bulat penuh tanpa cacat, hal itu membuatku seakan terpukau oleh silau hasrat romantikamu. Seperti yang selalu kau pernah bilang saga, bahwa tak lepasnya adam yang rela menjaga hawanya tak lepasnya romeo yang mencintai julietnya tak lepasnya aladin yang berbohong ke pada jasmine demi cintanya seperti itulah kau menjaga rasa pada senja, alangkah lucu dan manisnya. Dan aku masih selalu ingat, tak pernah lupa karena dengan otomatisnya memori kepalaku menyimpan kenangan manis di saat semangatnya  dirimu bercerita tentang senja, gadis periang yang nanti akan menjadi cantik dan begitu istemewanya ia di hadapan laki-laki macam kita. Dan aku, aku seperti mengenal senja, seutuhnya dari mu dan aku menjadi tahu segala sesuatu yang indah tentang senja, apapun bentuknya.
                Aku kembali menenggak bir ku, entah kenapa selalu manis rasa bir ini ketika aku mengingat segala kenangan haru biru itu. Kau mesti melihat, tempat ku duduk ini tak ubahnya saat dulu kita sering duduk di sini. Di seberang jembatan coklat kayu, di sana ada taman rumput hijau di saat kita sering mengahbiskan waktu di sini . Dengan merdunya kau menyanyikan lagu my way yang masih ku ingat setiap petikan gitar dan penggalan lirik yang begitu merdunya kau senandungkan.
I've lived a life that's full
I traveled each and every highway
And more, much more than this
I did it my way….

                Namun semua seakan seolah berbeda, setelah aku tahu betapa istemewanya senja. Betapa harusnya aku mengatup rapat rahangku, ketika kau mulai selalu bercerita tentang indah dan manisnya senja. Semua madu senja, aku tahu. Walau tak pernah benar tahu pasti seberapa takar manisnya. Hingga suatu hari, madu itu tersekat di tenggorokanku. Tak bisa kumuntahi ataupun kuludahi, kalaupun itu terjadi pasti akan ku telan kembali.
                “ ras, kira-kira senja akan menyukaiku tidak ? “ tanyamu suatu hari, membuatku merenung sesaat dan merasa ketidak-jelasnya untuk mengungkap makna pertanyaanmu. Saat itu kita sedang dalam penghujung pelepasan title kita sebagai anak SMA, yang akan beranjak untuk menjadi seorang siswa lebih tinggi.
                “ hmm.. biar kupikir dahulu,  “ aku berpikir keras, benar-benar berfikir keras karena ketika berfikir keras, kau tidak pernah tahu jantungku berdegup kencang ketika kau selalu membahas senja-nya senja yang di anggap milikmu. Namun aku menyerah, toh kau tetap akan menunggu jawabaku saga, karena kau tidak akan pernah bosan menunggu karena menungu adalah hal yang menyenangkan bagimu. “ Menurutmu, apa yang kau pikir dan kau anggap bahwa senja tidak akan menyukaimu saga ? “
                “ Tidak adanya respon yang menunjukan kalau dia menyukaiku “ tandasmu cepat.
                “ Dan apa yang membuatmu berfikiran kalau dia tidak menunjukan respon kalau dia itu menyukaimu atau tidak saga ? “ aku menghisap rokokku dalam-dalam, menyembunyikan pacu jantung yang tak keruan. Aku terlalu takut untuk ketahuan.
                “ Apa ya? Hmmm…menurutmu apa ras ? “ pertanyaan itu kembali memacu jantungku, semakin cepat dan semakin cepat aku seakan tidak dapat bergerak seakan kebas. Kenapa kau selalu membalikan omonganku saga ? hatiku mengerucut tajam dan aku terdiam cukup lama namun seakan berfikir dengan kerasnya.
                “ menurutmu sendiri apa saga ? “ aku melihatnya, memandang langit tanpa makna. Begitu kosong.
                “ aku tidak tahu “ kau mengangkat bahumu “ apa ada hal lain mungkin? Aku tidak tahu. Benar-benar tak bisa ku ungkapkan. Senja terlalu misteri, mendatangi mimpiku, menggagahi birahi malamku, lalu seakan menyeruput kemaluanku dan aku kejang di buatnya”
                Tanpa sadar aku meremas kotak rokokku , mengepalkan tanganku begitu erat dan semuanya berlalu tanpa sengaja aku sadari. “ maksudmu setiap malam kau onani membayangkan wajah senja? Begitu maksudmu ? “ Suaraku tercekat ketika bertanya. Dengan seketika kau memandang wajahku yang tegang, lalu kau tertawa terbahak dan membiarkan aku seketika berubah melongo heran. Entah apa warna wajahku saat itu, biru keungu-unguan mungkin.
                “ Kau terlalu berpikiran pendek untuk memaknai ungakapan kataku dengan onani, ungakapan ini lebih dari itu semua ras “
                “ Jadi.. “ suara ku makin tercekat, tercekat ambigu. Antara sadar dan tidak aku tiba-tiba meludah. Lalu menyeringai memandang jauh ke depan. “ Aku bingung untuk menjawab semua pertanyaanmu tentang senja, menurutku kau harus memahami hatinya, dengan itu kau bisa mendapatkan sukanya. Begitulah “ aku mengangkat bahu
                “ Terlalu riskan untuk aku memahaminya jika aku sama sekali tidak mengetahui misteri dan rahasianya. Mungkin dia berfikir untuk mencari lelaki yang bisa menemaninya hidup 100 tahun. Dan aku tak bisa bukan memenuhinya “ Aku tercekat untuk kesekian kalinya. Modal apa yang bisa ku bawa untuk meyakinkan bahwa umur hanya persoalaan sepele bagi senja, sementara aku mengetahui semuanya. Dan secara tidak sadar lagi, aku meremuk habis kaleng botor bir lalu membuangnya jauh ke danau.
                “ Terlalu pendek pikiranmu untuk memaknai segala sesuatunya saga, sementara kau tidak pernah memahami hatinya “
                “ Apa yang bisa di harapkan seorang laki-laki yang menyandang penyakit cepat mati seperti ku untuk bisa memahami hatinya, sementara aku terlalu ingin cepat mendapatkan hatinya. Aku mencintainya! “ kau berdiri tegap dan berteriak dengan keras  “AKU MENCINTAI SENJAAAAAAAAAAAAAAAA!!! “ kau tiba-tiba terduduk lemas sambil memegang jantungmu dan tampak meringis kesakitan, dan aku melihat jelas riak air dari tepian pelupuk mata yang tidak ingin kau biarkan jatuh, dan lalu kita berdua tenang dalam diam.
                “ Mungkin semuanya hanya bisa kau pahami jika kau memandang dan memahami ini lebih dekat. Dan kau akan menerima sedikit kemungkinan dan jawaban dari apa yang tidak kau ketahui, jangan permainkan hatimu untuk hal yang tidak pernah kau tahu.. begitulah “ aku menghembuskan asap rokok dengan lepas, dan kau memandangku tersenyum tulus dari sudut bibirmu sehingga aku mengerti betapa remuknya hatimu kawan.
                “ Mungkin…” sahutmu mengangkat bahu tak perduli, memandang kedepan dengan jauh meneguk bir kesekian kali lalu membakar rokok, namun sebelum membakar rokok itu tanganmu terhenti dan memandangku lagi, lebih dalam dari sebelumnya “ kau tahu ras, aku selalu meminta ketika aku di panggil tuhan adalah saat senja merah saga, karena dengan itu aku mati mengingat senja dan dirimu “ lalu kau membakar rokok itu, menariknya dalam lalu menghembuskannya.
                “ Kalau begitu, nanti sampaikan salamku pada Michael “ kita berdua tertawa keras, seakan mencomooh kematian, namun dengan sendirinya terasa ikut meratapi kematian dan bongkahan pendaran emas perak yang mulai tenggelam di ujung sana seakan ikut menyelami makna cerita kita. Andai saja senja di sini, mungkin dia akan ikut menyisipkan sedikit cerita untuk senja kali ini.
                Potongan-potongan kenangan itu saga, yang kerap seringkali membawaku kembali ke sini. Mengingatmu, mengulang kembali jejak-jejak cerita kita sedikit-demi-sedikit dan dengan mengingatmu di sini banyaknya beban bersalah yang ku bawa. Aku mencium banyaknya bau kesalahan di udara. Semakin banyak memaparkan potongan kisah masa lalu, semakin kentalnya aku memaki diriku.
                Aku menghisap rokokku dalam-dalam, hingga paru-paruku tak mampu lagi menampung asapnya lalu menghembuskanya dan aku masih tetap mencium banyak rasa bersalah di udara. Semakin banyak dan banyak dan tak mau hilang. Bagaimana mungkin rasa bersalah itu akan hilang karena dari yang ku tahu bahwa salah pun bisa menjadi benar dan benar pun mungkin bisa di salahkan. Tidak akan pernah ada penarwarnya.
                Setelah sekian tahunnya saga, sejak kau pergi meninggalkan bumi dan tak pernah kembali. Aku mulai berani menggagahi mimpi tentang senja, yang bahkan sebelumnya pun tak pernah terbesit berani untuk aku lakukan. Katakanlah aku teman yang tidak pandai memegang sumpah  kesetian kawan, namun pesona senja tak bisa di tolak siapapun bahkan orang yang matanya buta sekalipun. Aku tidak mau di kutuk saga, terhadap birahi rasa yang semakin hari semakin menggerogoti hatiku hingga tulangku ngilu. Dan aku tak mampu menetukan sikap apa harus mengapa seterusnya bagaimana. Walau senja kali ini diam-diam melucuti rasa bersalahku. Aku ini lelaki yang di telanjangi rasa bersalah pada saga, dan pada senja.


( apa yang membuat manusia begitu takut mengakui?
   Namun begitu berani menantang )

                Derap langkah kaki mungil itu kian lama kian mengentaskan bau udara yang tadinya tercemar oleh rasa bersalah. Semua serba mungil di dirinya, namun tidak hatinya. Hatinya seluas dunia, dan hatinya milik pria yang di telanjangi rasa bersalah tadi. Kini perempuan mungil itu di sampingnya, tersenyum simpul namun apatis. Menggenggam tangannya yang di peluk hangat oleh jari mungilnya, begitu menggemaskan.
                “ sudah di tabur abunya? “
                “ belum..” Aras menggenggam botol mungil yang tadi tersuruk tenang di salah satu kantong jaketnya. Seakan tidak rela menaburnya.
                “ Saga sekarang lagi apa ya? “
                “ Mungkin dia sedang bernyanyi donna donna, atau…mungkin lagi mikirin kamu”
Sekarang sinyum simpul itu berubah menjadi tawa, namun terasa aneh di telinga aras.
                “ kok bisa sama yaa? Aku juga lagi mikirin dia. “
                You and me both “ perempuan itu menoleh memangdang padaku, tawanya terhenti berubah menjadi senyum simpul kembali.
                “ kita bertiga memiliki kelakuan aneh yang selalu bersamaan. Hey, apakah ini kutukan tuhan? Haha, biar kutebak ini adalah kutukan dari tempat ini. Mungkin tempat ini selalu melihat kita bertiga, hanya kita bertiga. Makanya dia membuat kita selalu mempunyai sikap aneh jika bersamaan. “ perempuan itu melepas genggamannya dari aras, berganti memuluk dirinya sendiri sembari mengusap-ngusap kedua lengannya yang kedinginan. “ mengapa hari ini terasa dingin sekali ya? “ Aras beranjak dari tempatnya, memeluk perempuan itu dari belakang. Berusaha  menciptakan kehangatan yang bisa di buat oleh tubuhnya sendiri.
                I love you “ bisik aras, membuat perempuan itu sedikit bergidik manja.
                I love you more
                I love you most, senja “
                “ Hey “ sahut senja, berbalik badan sembari bertolak pinggang. “ itu tidak akan ada habisnya aras. Kita berdua akan saling sahut-menyahut untuk bilang kita berdua saling mencintai dan lebih.” Senja mengganti tolak pingganganya dengan melipat tangannya di dada dengan wajah manja, gemas aras di buatnya.
                “ Bukankan aku selalu membuktikan bahwa cintaku lebih besar, dan kau pun juga sudah membuktikan bahwa cintamu juga lebih besar. Jadi kita impas.” Aras mencubit hidung mungil itu pelan. Sementara senja kembali kedalam pelukan aras.
                “ cinta kita memang besar dan luas, seperti ini “ senja merentangkan tangannya lebar, serasa lepas.
                “ seperti ini..” aras mengambil telapak tangan mungil itu lalu membuat symbol dengan jari tangannya. Ia mengambil salah satu symbol yang dulunya di ciptakan oleh jhon nash, salah seorang ilmuwan matematika, yang berarti lambang tak terhingga.
                “ Ayo tebarkan abunya “
                “ baiklah.. baiklah “ aras mengeluarkan botol kecil yang sedari tadi di simpan tenang di saku jaketnya. Air mukanya terlihat pias, namun terselip gamang yang menjalari ujung-ujung jarinya.
                “ hmm.. lihatlah aku mulai kembali mencium bau rasa bersalah diudara. Rasanya begitu getir “ olok senja, sembari menghidu udara di depannya.
                “ aku tahu “
                you’re not lonely here, dear. You were with me now. Be strong “ senja mengedipkan matanya manja.
                Tutup botol itu di buka oleh aras, dengan cakapnya ia menebar abu tersebut. Entah mengapa senja sore ini seakan menunggu abu tersebut. Serpihannya di peluk manis oleh senja. Menghantarkannya menuju jalan surga yang penuh dengan wangi-wangi romantis. Abu saga kini damai, setidaknya aras merasa tenang. Senja telah memeluk saga sekarang, dan menghantarkannya menuju roman-roman yang lebih menggelitik disana.
Di dalam hatinya aras berbisik penuh “ aku yakin kau akan mengerti saga di balik garis langit yang sekarang merentangkan cakrawalnya lurus panjang tak berujung. Senja ini melengkapinya dengan seutas do’a hingga ke surga di bantu oleh nyanyian malaikat yang tiada henti. Bahagiakah kau sekarang saga? “
                “ merasa lebih baik ?”
                “ setidaknya untuk sekarang cukup. “
                “ kalau begitu ayo kita pulang, aku akan membuat pancake  favoritmu. “
                “ favorit saja juga “
                “ kalau begitu ayo kita pulang, rasanya sudah cukup kita menemui saga sore ini “
                “ menurutku juga begitu. Nah, ayoo kita pulang “ aras menggenggam tangan senja erat, lalu menciumnya dan berjalan menuruni tanjakan bukit itu pelan. Meninggalkan sebuah rahasia kecilnya yang akan di mengerti saga hari ini.
                Senja sedikit demi sedikit menghilang dari bumi. Kini hanya meninggalkan  segaris warna kelabu. Nyanyian itu tak bersorak lagi, tidak seramai sebelumnya. Berbisik-bisik perlahan seakan tak ingin di dengar. Menyelundupkan melodi yang tersimpan rapi untuk kedatangan aras selanjutnya. Bisik itu membuat langkah Aras terhenti, Aras kembali memandang langit. Hatinya masygul.

               
               
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar